Suasana Kampung Nelayan Desa Sarang Tiung, Kecamatan Pulau Laut Sigam, tampak semarak dalam gelaran Festival Budaya Wisata yang berlangsung pada Minggu, 21 Desember 2025. Kegiatan ini menjadi hiburan rakyat sekaligus rangkaian penyambutan menjelang prosesi adat Massalama Ritasi’e, tradisi sakral masyarakat pesisir setempat.
Ratusan warga dan pengunjung tampak antusias memadati lokasi acara. Nuansa kebersamaan begitu terasa melalui sajian aneka kuliner khas pesisir yang disuguhkan secara gratis kepada masyarakat. Tradisi berbagi ini mencerminkan nilai kearifan lokal dan semangat gotong royong yang telah mengakar kuat di kalangan nelayan Sarang Tiung.
Festival budaya tersebut dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni tradisional. Mulai dari atraksi pencak silat (kuntau) yang menampilkan ketangkasan sekaligus filosofi bela diri khas pesisir, alunan kecapi Bugis yang sarat nuansa etnik, hingga aksi betiti di atas tali yang mengundang decak kagum para penonton.
Selain sebagai hiburan rakyat, festival ini juga menjadi wadah pelestarian budaya lokal serta sarana memperkenalkan potensi wisata Kampung Nelayan Sarang Tiung kepada masyarakat luas. Tradisi, seni, dan kuliner dikemas secara menarik agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi muda.
Wakil Bupati Kotabaru Syairi Mukhlis menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya festival budaya yang digagas oleh masyarakat Desa Sarang Tiung.
“Kegiatan di Kampung Nelayan dengan tajuk Massalama Ri Tasie, yang berarti selamatan laut atau bepalas di laut, merupakan bentuk rasa syukur masyarakat pesisir nelayan atas rezeki yang diberikan Allah SWT. Tradisi ini dikolaborasikan dengan konsep wisata Kampung Nelayan sehingga menjadi destinasi wisata dengan daya tarik tersendiri,” ujarnya.
Ia berharap kegiatan budaya yang dikolaborasikan dengan sektor pariwisata ini menjadi wujud komitmen masyarakat dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur, sekaligus dapat terus dikembangkan sebagai destinasi wisata unggulan Kabupaten Kotabaru dengan dukungan berbagai perangkat daerah terkait.
Sementara itu, Anggota DPRD Kotabaru H. Abdul Kadir menegaskan bahwa pengembangan budaya dan adat istiadat merupakan tanggung jawab bersama, baik legislatif maupun eksekutif.
“Budaya ini perlu terus kita gali dan kembangkan. Antusiasme masyarakat sangat tinggi, tinggal bagaimana kolaborasi antara pemerintah, legislatif, dan pihak perusahaan agar ke depan kegiatan seperti ini bisa lebih meriah lagi,” katanya.
Menurutnya, tradisi Massalama Ri Tasie memiliki makna spiritual sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT atas hasil laut yang diperoleh masyarakat nelayan, sehingga patut dijaga dan dilestarikan sebagai identitas budaya daerah.
Rangkaian kegiatan akan mencapai puncaknya dengan prosesi adat Massalama Ritasi’e, ritual sarat makna spiritual sebagai doa dan ungkapan syukur masyarakat pesisir kepada Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus harapan akan keselamatan dan keberkahan bagi seluruh warga.
Melalui Festival Budaya Wisata ini, Desa Sarang Tiung menegaskan komitmennya dalam menjaga warisan budaya sekaligus mengembangkan wisata berbasis kearifan lokal sebagai identitas kawasan pesisir Kotabaru.
Kegiatan tersebut turut dihadiri Wakil Bupati Kotabaru Syairi Mukhlis, Ketua GOW Kotabaru Siti Hadijah Syairi Mukhlis, anggota DPRD Kotabaru, Kepala Disparpora, Camat Pulau Laut Sigam, unsur Forkopimda, pimpinan SKPD, ketua panitia pelaksana, tokoh masyarakat, serta warga Desa Sarang Tiung. (Gusti Mahmuddin Noor)

