Dialog Serantau Borneo Kalimantan Pererat Budaya Serumpun


SAMARINDA – Dialog Serantau Borneo Kalimantan (DSBK) ke-16 2025 secara resmi dibuka oleh Wakil Gubernur Kaltim, H. Seno Aji,  bertempat di Hotel Harris Samarinda.

Seno Aji, dalam sambutannya, menyampaikan dukungan penuh terhadap kegiatan ini serta turut membacakan puisi di hadapan ratusan peserta dan delegasi dari negara sahabat.

Acara pembukaan diawali dengan pertunjukan musik dari kelompok Borneo Etnika, dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh sejumlah sastrawan ternama, seperti Prof. Azmi bin Ismail (Malaysia), Datuk Jasni Matiani (Malaysia), dan Hasan Aspahani (Dewan Kesenian Jakarta), Serta pembacaan Ayat suci Al qur'an dan Pembacaan doa oleh Ketua komite sastra Amien Wangsitalaja.

Seremoni pembukaan ditandai dengan pemukulan tambur oleh para tokoh penting yang hadir, antara lain Wakil Gubernur Seno Aji, anggota Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian, Ketua DKK Syafril Teha Noer, serta beberapa perwakilan dari Malaysia

Kota Tepian kembali mencatatkan peran penting dalam lintas budaya serumpun. Kali ini, ratusan sastrawan dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam berkumpul dalam ajang Dialog Serantau Borneo-Kalimantan (DSBK) ke-16.

Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Seno Aji, menyambut kedatangan para delegasi dengan penuh apresiasi. Ia menyatakan bahwa forum ini bukan sekadar pertemuan seni sastra, melainkan juga panggung peradaban yang mempererat hubungan antarnegara serumpun.

“Silakan menikmati keramahan Bumi Etam. Kami berharap para peserta dapat membawa pulang pengalaman berharga dari pertemuan ini,” katanya Seno Aji.

Mengangkat tema “Nusantara dan Penguatan Sastra Melayu: Merawat Estetika dan Didaktika,” forum ini dirancang sebagai ruang tukar pikiran antar sastrawan, guna memperkuat eksistensi sastra Melayu dalam arus budaya global.
“Pertemuan ini diharapkan menghasilkan gagasan-gagasan segar untuk pengembangan sastra Melayu di era digital dan modern.

Kegiatan ini mempertemukan para sastrawan, budayawan, dan pemikir dari Serawak, Sabah, Wilayah Persekutuan Labuan, Brunei Darussalam, serta provinsi-provinsi di Kalimantan. Mengusung tema “Nusantara dan Penguatan Sastra Melayu : Merawat Estetika dan Didaktika,”.

DSBK XVI menjadi penanda bahwa bahasa dan budaya tidak pernah mati.

Pertemuan ini bukan sekadar dialog, melainkan jalinan batin lintas negeri yang mengangkat warisan sastra Melayu sebagai nadi pemersatu peradaban yang telah tumbuh berabad-abad di sepanjang tepian sungai, rimba, dan laut Borneo. Dialog Serantau ini ditaja oleh Dewan Kesenian Daerah Kalimantan Timur bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur.

Beragam kegiatan diselenggarakan selama forum berlangsung, mulai dari parade budaya, diskusi sastra, hingga peluncuran buku buku karya yang dirilis pada momentum ini adalah antologi puisi Jejak Perigi di Tangga Melayu dan kumpulan makalah bertajuk Perbincangan.

Forum yang sudah bergulir sejak 1987 ini diikuti lebih dari 200 peserta yang terpilih dari lebih dari 300 karya yang dikirimkan. Samarinda menjadi tuan rumah untuk kedua kalinya setelah sebelumnya menggelar DSBK pada 2011.

“Lebih dari sekadar nostalgia budaya, forum ini menjadi langkah bersama dalam membangun masa depan sastra yang inklusif, terbuka, dan penuh makna,” pungkas Seno Aji. (Bunda Ana)
Lebih baru Lebih lama



HUT GUB KALSEL
Iklan

نموذج الاتصال